Cuma bisa bilang luar biasa, 10 hari di kota orang, kota baru pertama yang kupijak bersama 15 orang
dokter internship. Luar biasa, suasana pegunungan yang Luar biasa dingin
penduduknya yang dapat dibilang mayoritas mengenal satu sama lain dari ujung
keujung serta menggunakan bahasa pengantar bahasa ibu (bahasa daerah,red). Luar
biasa terlihat asing. Kota yang mulai berkembanmg untuk berharap menjadi ibukota
kabupaten yang baru (sebenarnya bukan kabupaten yang baru tapi ibukota yang
lama telah menjadi kota madya, dan beberapa daerah kabupaten sudah memisahkan
diri menjadi kabupaten - kabupaten baru.
Empat belas jam lebih perjalanan menuju kabupaten ini, melintasi bukit
barisan , melewati jalan lintas yang hampir dibilang berupa kubangan, karena
memang jalan ini tak pernah bagus, bukan berarti tidak di perbaiki, memang kata
penduduk, sopir, pemerintah dan yang pernah melewati jalan ini kata mereka memang
struktur tanah yang labil terbukti
Januari 2012 lalu 20 orang penumpang bus menjadi korban tenggelam dalam
kubangan bekas galian untuk menimbun setelah bus mereka terperosok kedalam
kubangan 10 meter tersebut.
Bermodalkan 500ribu (uang
jalan dari Pemerintah), dengan gaji yang dibilang tidak seperti gaji PTT dari
kemenkes atau program magang
dokter Malaysia di negaranya (mungkjn hampir tiap dokter – dokter internsip di
gaji 1,2juta perbulan dan dibayar pertigabulanan)
, yah jika
diambil pikir, terasa
kurang memang.
Untuk penempatan
dokter – dokter internsiip tahun ini yang pertama kali diadakan di daerah
Sumatra Utara, daerah inilah yang terbilang jauh. Dari Padang ke daerah ini hampir
sama dengan dari Medan ke daerah ini. Bisa diibilang ini adalah daerah tengah –
tengah antara Medan dan Padang, Sumbar. Daerah berupa perbukitan, cuaca yang
dingin, daerah pertanian, beras yang khas (terasa nikmati atau mungkin karena
lapar tapi memang nikmat beras asli daerah ini yang dipanen per6 bulan). Sipirok, Tapanuli Selatan, tepatnya
Kecamatan Sipirok. Yang memiliki Rumah Sakit Daerah Tipe C, yang dibilang
memiliki cukup fasilitasnya, berupa CT-scan, USG, Echo, unit Hemodialisa dan
lain- lain. Di RSUD itu 15 orang dokter – dokter intersip akan menjalani
program wajib. Tanggapan orang – orang mengenai intrship ini berbeda –beda, ada
yang bilang kami masih “co Ass”, ada yang bilang kami dokter PTT (mengenai
dokter PTT ini saya sikapi dengan bilang itu sama tapi yang beda Pahala dan
Gajinya
J ). Jika di RSUD Sipirok ini kami menjalani
internsipnya berbeda dari yang lain, kami dibagi menjadi Stase IGD dan Poli. Stase
Poli menanggungjawab Ruangan juga, Poli ini terbagi – bagi menjadi Poli umum
dan Spesialisasi (hanya mendampingi dan melihat – lihat, guna tercukupi target
kasus yang wajib diselesaikan). Tenaga dokter di RSUD ini ada 9 dokter umum, 3
dokter Gigi, 3 dokter spesialis tetap ( Penyakit Dalam, Anak dan Anastesi), 2
dokter spesialis yang praktek hanya beberapa hari (Neurologi dan Paru), 3
Residen/PPDS yang tiap bulan dikirim ke RSUD ini (Bedah dan Obgyn dari FK USU
serta residen Radiologi dari FK UI).
RSUD ini dulunya merupakan
puskesmas dan menjadi RS yang diharapkan dapat menjadi central rujukan bagi
daerah/kecamatan di Tapanuli Selatan ini letak RSUD ini yang didepan dan
belakang meipakan daerah persawahan dan di sebelah kiri merupakan perbukitan
jika malam daerh init eras begitu dingin. Sepenglihatan dan sepengetahuan saya
RSUD ini terlihat sepi, mungkin dikarenakan letak geografisnya yang perbukitan
dan letak penduduknya yang berjauh – jauhan serta tingkat pengertahuan
masyarakat akan kesehatan dan perawatan
yang kurang. Terbukti banyak pasien yang dirawat inap adalah pasien yang sudh
tidak tahan akan penyakitnya yang selama ini hanya dirawat dirumah masing-
masing, dan pasien yang KLL, patah tulang hanya berobat ke dukun patah, mungkin
ini hanya sepengetahuan saya saja.
Walaupun demikian
keadaannya semoga ini menjadi modal dan pengalaman saya untuk bekerja dan
beramal sebagai profesi saya.
Sipirok, 13 Juni 2012.